
Indah saat awal menemuinya dan sedih waktu berpisah. Ini lah awal dan akhir perjalanan cinta ku selama ini. Cukup berat dan cukup sakit.
Di saat gelora membara
Menyinari seisi dunia
Menjadikan lagit tersenyum ria
Hati ini sangat indah
Perpisahan....
Saat kau cium tangan ini
Saat kau lambaikan tangan mu
Berat hati ini melepas mu
Kian hangat cinta yang ku bawa pulang
Memaksa ku membayangkan cahaya mu di setiap perjalanan
Senang....
Sedih....
Berbaur dalam angin yang berhembus
Tibalah saat itu di istana sang raja (orang tua). Memandangi raja (orang tua) yang penuh tanda tanya. Cukup bingung menghadapinya. Tetapi akhir adalah jawabannya.
Waktu itu....
Waktu yang membingungkan ku
Tetapi kau marah
Tetapi kau acuh
Membiarkan ku melayang jauh
Untuk meninggalkan mu
Raja yang memilih
Kenapa tak kau halangi badai menderu
Aku sangat membutuhkan mu
Untuk kembali ke pangkuan mu
Tetapi kau marah
Tetapi kau acuh
Disaat keputusan itu menjadi sebuah timbangan atas semua ini. Awalnya hati merasa yakin dengan keputusan yang di berikan saat itu, ya mungkin ini takdir dari perjalanan cinta yang tak bertepi.
Di birunya langit takkan kau temukan diriku
Di sebuah danau aku hidup sendiri
Cinta dan benci yang terbagi di diriku dan kamu
Membuatmu lupakan aku, membuatku sepi sendiri
Padahal kita pernah sama-sama bermimpi
Pada satu cinta kita pernah berjanji
Kita juga pernah saling menangisi
dan berbisik lirih “jangan kau pergi”
Cinta membawaku kedalam buaian
Cinta membawaku kedalam harapan
Hingga lalu cinta menjauh dariku
Dalam kenyataan
Merenungi semua ini, aku mencoba menulis beberapa bait puisi untuk _I_A yang menjadi wanita terakhir dalam hati ini.
_I_A yang namanya tak pernah lagi kusebut
Namun tak pernah sedetikpun ku lupa
_I_A yang wajahnya tak lagi pernah kutemui
Namun selalu saja nampak di pelupuk mata
_I_A yang tak pernah lagi kudengar berbisik rindu
Namun selalu saja membuatku ingin bertemu
Adalah _I_A…
_I_A adalah singkatan dari ”SAR-T I K A”, mantan kekasih ku yang sampai sekarang masih terukir namanya di setiap goresan hati ini.
Di atas kereta, kutuliskan untukmu sebait puisi tentang lara
Tentang rasa yang tak pernah kumengerti akhirnya
Tentang cinta yang lahirkan makna di setiap kisah
Tentang dirimu yang terus mengendap dalam jiwa
Entah bagai mana harus terucap, semua kenangan ku bersamanya telah hilang karena kesalahan ku sendiri. Tak lagi dapat ku ungkapkan rasa ini.
Meski terus hati ini berharap
Aku mengerti engkau takkan kembali
Meski terus hati ini menunggu
Kau sayangi tetap bukanlah aku
Meski terus mengalun lagu rindu
Bukan lagi aku yg menghiasi mimpimu
Meski kutau smua hanya demi silaturahmi
Kan kujaga hati terus sampai mati
Penantian dalam hidup yang terus membayangi di setiap mimpi, meradang hingga ke hati. Mungkin _I_A takkan pernah tau.
Tak pernah aku meminta
Cinta di hatimu untukku
Tak jua pernah terucap
Kasih di dirimu, untukku
Hanya kunyatakan cinta
Saat kau balas mencintaiku
Hanya kuberikan sayang
Lalu juga engkau menyayangiku
Semua tetap penuh rela
Hingga saat kau melupakanku
Juga tetap kan ada cinta
Meski semua tentangmu tak lagi aku
Tak pernah memaksa
Atau membenci saat jauh
Cinta kan tetap indah
Meski tak lagi ada kau dan aku
Mungkin takdir atau pun karma atas dosa yang pernah ku lakukan di masa lampau. Bukan mengulang kesalahan yang telah terjadi. Hanya tinggal sejuta puisi yang tersisa.
Walau sejuta puisi takkan pernah mampu menggambarkan untukmu
Seperti apa aku menyayangimu, mencintaimu, membutuhkanmu
Sejuta puisi tetap kan kutulis untukmu
Walau itu menghabiskan sepanjang waktu
Walau sejuta puisi takkan pernah bisa gantikan keberadaanku setiap kerinduanmu
Semoga sejuta puisi selalu sadarkanmu bahwa aku tak pernah jauh
Kan selalu ada dirimu di hatiku, sejuta puisiku hanya kan bercerita itu
Meski tak bisa memelukmu, kau kan ingat betapa erat aku memelukmu
Sejuta puisi telah kutuliskan disini
seolah tanpa arti…
seolah aku hanya ingin bicara pada diri sendiri
untuk nanti, sebagai saksi hari ini
Sejuta puisi tertulis mendalam di hati
bangkitkan imajinasi…
kuatkan jiwa yang rapuh atas cinta sejati
separuh nafas inginku semua kembali
Sejuta puisi tentang sepinya hati
penantian dari sendiri…
lalui ratusan hari-hari, jiwa sepi
demi menanti… namun tak pernah pasti
Sejuta puisi kini mulai menepi
Belajar keras menatap mentari esok pagi
Meski ia telah nyata pergi
dan tak tinggalkan seutas harapan bersatu kembali
Patah hati ini dan menjerit kekuat-kuatnya. Tetapi menghilang dalam lamunan yang cukup berarti
Aku takkan pernah bisa berhenti mencintaimu
Meski jalan hidup kini harus kulalui tanpamu
Aku takkan berpura-pura melupakanmu
Saat semua harapan hidup… hanya tentangmu
Kutahu…selamanya mungkin ada sendiri
Andai hingga kelak kau tak pernah kembali
Bersyukurku sadari, cinta bukan untung-rugi
Dan semua kenangan yang silam pasti berarti
Tak ada pedih saat kutahu kau tak lagi sendiri
Rasa cintaku hanya tulus untuk memberi
Kumengerti, kupahami…
Cinta yang sejati tak meminta balik dicintai
Dan sendiri, bukanlah sebuah tragedi
Sepanjang kau bahagia, semua rasa sepi ini kan penuh arti
Cinta bukan derita, tetapi bila cinta hilang membuat laut yang tenang menjadi terbelah dua. Meyakinkan lautan bukam enjadi jawaban.
1000 hari menjelang nyaris melahirkan 1000 hari pengharapan. Aku masih banyak terdiam, aku masih larut dalam kenangan.Seolah tak percaya bahwa kau pergi, aku berdiam diri menanti. 1000 hari memang bukan waktu yang lama, namun 1000 hari juga bukan jawabnya.
Atau mungkin 1000 hari lagi ?
Terjawab sudah. Tidak akan pernah ada 1000 hari panjang tanpa ketakpastian. Harapan telah tak pantas lagi diharapkan menjadi kenyataan. Hanya seutas doa bahwa _I_A kan bahagia.
Kucium rindu untukmu hari ini
Kupeluk erat janji takkan terganti
Sebab aku memang cinta
Dari hati lewat untaian kata
Penantian ingin bertemu sangat sulit untuk di mengerti. Kadang senang, kadang duka yang menjelang. Meratapi kepergiannya menjadi kehampaan yang mendalam.
Meski sejenak bertemu, aku bahagia bisa kembali melihatmu
Di batas-batas kerinduan dan kehampaan tak terasa airmata menetes di pipiku
Hati yang mati suri, tiba-tiba terjaga dan berkata bahwa sesungguhnya rasa masih ada
Baru kumengerti bahwa rasa tak pernah pergi dan sepertinya takkan terganti
Sekeras apapun kumencoba, selemah apapun daya tuk mengingatnya
Hati memiliki pilihannya sendiri yang tak bisa diatur oleh akal
Kukira aku sudah berhenti berharap di sekian waktu yang lalu
Kukira aku tak punya lagi hasrat untuk bertemu
Kukira… aku takkan lagi melihatmu seindah seperti dulu
Hingga kemarin aku tahu bahwa segalanya tak ada yang berubah
Hanya setumpuk perkiraanku saja yang salah
Hati selamanya mati bila dirimu(_I_A) redup di belenggu gelapnya hati ini.
Sepi
Kini sang penerang
telah menghilang
Menyisakan bayang
serta pertanyaan
Kini sang kekasih
telah menepi
Meninggalkan hati
rasakan sendiri
Menjelang hati yang meradang kian sakitnya, hanya ucapan terima kasih yang dapat ku ucapkan untukmu(_I_A).
Terima kasih…
Untuk semua pengalaman indah
yang telah hadirkan kisah
Meski kini, usai segalanya sudah
Semua memori tetap kan indah
Terima kasih…
Untuk sesaat pertautan hati
Meski sempat terselip janji suci
Tak pernah kumenganggapmu ingkar janji
Walau hanya denganmu kuingin berbagi
Terima kasih…
Mawar ini telah kau kunjungi
Meski tak berubah, setidaknya kau mengerti
Bahwa hatiku tak pernah terbagi
Hanya untukmu seorang diri
Ku harap perjalanan panjang yang selama ini ku alami tetap abadi sampai kakhir nafas yang terhembus dari pelupuk hati.
Selalu saja kutakut untuk membuat sebuah keputusan untuk mengakhiri penantian panjang. Padahal 1000 hari lebih telah berlalu.
Tetap sama. Alasan yang sama dengan ketika dulu aku mulai meragukan kekuatan penantian ini. Ku takut… kuhanya butuh waktu 1 menit lebih lama, ketika aku memutuskan berhenti dari penantian lalu 1 menit sesudahnya engkau datang.
Sungguh tak ingin ku menyesal. Hingga diam, tak memilih dari kebimbangan telah menjadi sebuah keputusan yang berarti penantian panjang. Namun tetap saja, ku takut ini semua hanya butuh waktu 1 menit lebih lama.
Hingga akhirnya kau datang.
Dan kelak, ketika aku harus merasakan lagi seluruh kerinduan tentangmu (_I_A), mungkin hanya Puisi Merindukanmu ini yang mampu kuatkanku. Bahwa aku pernah merasakan kerinduan yang jauh lebih redam daripada nanti.
Ketika aku merindukanmu…
Kutuliskan semua rasa yang ada
Kucoba rangkai menjadi bait-bait puisi indah
Seadanya rasa ini, sedalamnya hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Tak terasa tetes airmata jatuh di pipiku
Dikala tak sedikitpun dapat kutemui adamu
Lirih pun tak kudengar suara manismu
Ketika aku merindukanmu…
Aku ingin waktu berputar ke masa lalu
Saat dimana aku ada disampingmu
Ketika dirimu belum pergi dari kehidupanku
Ketika aku merindukanmu…
Langit yang biru pun terasa kelabu
Panas mentari tak mampu hangatkan jiwaku
Tak ada rasa indah dalam kehidupanku
Ketika aku merindukanmu…
Berjuta angan inginkan kembali kehadiranmu
Walau harus berjalan jauh menjemputmu
Kurela demi bahagianya hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Semua langkah tanpamu terasa kaku
Tak ada tawa terlahir serenyah bersamamu
Hidup sepenuhnya terasa pilu
Ketika aku merindukanmu…
Ingin rasanya aku menuruti semua egoku
Raih bahagiaku, mungkin acuhkan bahagiamu
Syukurku, ketika merindukanmu tak ku lakukan itu
Ketika aku merindukanmu…
Kutatap langit, kulihat engkau menatapku
Kutatap air, kuingat kenangan bersamamu
Kutatap hidupku, begitu kosong tanpamu
Ketika aku merindukanmu…
Aku bersedih kala teringat dia disampingmu
Begitu ingin kuhapuskan kerinduan ini
Namun hati masih ingin mengharapkan mu kembali
Ketika aku merindukanmu…
Berjuta tanya menyeruak dipikiranku
Adakah juga kau rasakan kerinduan padaku
Tak terbersitkah keinginan bertemu lagi denganku
Ketika aku merindukanmu…
Tak sedikitpun kusesali pertemuan awal itu
Tak ada hasrat untuk memisahkanmu
Tak ada rasa ingin membelenggu jiwamu
Ketika aku merindukanmu…
Ratusan malam kuhabiskan menunggu
Banyak mimpi kutabur di taman hatiku
Berharap esok kau berdiri di depan pintu hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Terkadang datang ragu, coba tepiskan indahmu
Terkadang kupeluk bayangmu yang semu
Kutatap fotomu, berharap engkau melihatku
Ketika aku merindukanmu…
Berjuta penyesalan hadir atas semua khilafku
Berandai dapat kuperbaiki masa lalu
Seandainya dapat, kutata ulang kehidupanku
Ketika aku merindukanmu…
Terselip tanya “adakah kau menyesal mengenalku ?”
Terselip tanya “tak bisakah kau miliki saja diriku ?”
Terselip tanya “begitu mudahkah hapuskan diriku dari kehidupanmu ?”
Ketika aku merindukanmu…
Setengahnya kumerasa malu, karna mungkin hanya aku
Di sampingmu bukan diriku, mungkinkah dipikirmu ada diriku
Hingga dihatimu, masih bisa merindukan sosok lemahku
Ketika aku merindukanmu…
Hanya ungkapan rasa ini yang kumampu
Meski takkan pernah dapat menjadi obat bagiku
Sedikitnya melepaskan sedikit rasa dari hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Kurelakan semua rasa sayang ini menunggu
Kubiarkan diri ini mengenang memori masa lalu
Kuyakinkan hatiku jangan memilih tuk ragu
Ketika aku merindukanmu…
Harapan tumbuh, serasa ku mampu sendiri dulu
Kubiarkan hati putih tanpa debu cinta yang lain
Mencoba buktikan betapa setianya diriku
Ketika aku merindukanmu…
Kuberikan semua rasa sayang yang tulus untukmu
Kuhapus ingatan tentang ketaksempurnaan dirimu
Kuyakinkah hati sesungguhnya kita adalah satu
Ketika aku merindukanmu…
Kusadari betapa lemahnya diriku tanpamu
Kuteringat betapa kasarnya diriku dulu
Betapa ingin memohon dirimu kembali padaku
Ketika aku merindukanmu…
Kucoba merangkai semua imaji bahwa kau pun merindu
Kucoba bermimpi kau pun memimpikan keberadaanku
Kucoba menunggu, buktikan takdir dan inginku
Ketika aku merindukanmu…
Tak kuasa logika atas semua rasa dalam hatiku
Tak kuasa raga atas keberadaan jiwa lemahku
Tulus mencintaimu, dari ketidaksempurnaanmu
Ketika aku merindukanmu…
Kupintakan dirimu sehat s’lalu hingga batas waktu
Berkhayal kelak dapat kulihat kembali sosok indahmu
dan kudengar lagi… suara manja dan manismu
Ketika aku merindukanmu…
Kuterpaku dengan kata-kata cinta dan setia
Tulus dan tanpa harus dirasa oleh berdua
Hingga sering membuatku menjadi rapuh
Ketika aku merindukanmu…
Menjadi seperti inilah diriku
Terlihat jelas seluruh isi hati dan pikiranku
Hanya karena aku merindukanmu…
Kurasakan putih dan tulusnya cinta
Indahnya memberi, teguhnya rasa
Bagaimana hati mencoba setia
Ketika aku merindukanmu…
Rindu hanyalah satu-satunya kata di hatiku
By : ”Malaikat Penyair”
gila mas,
BalasHapuskayanya mas lagi sakit hati banget ya.
ya moga-moga ja mas bisa jalani hari-hari mas dengan kebahagiaan.
hidup itu memang sulit
apa lagi menjadikannya sebagai sandaran.
kalo memang mas masih cinta, jangan tanggung kejar dia mas.
burung kalo da lepas ga akan mungkin kembali lagi.
puisi kamu yang satu ini memang bagus banget dah.
BalasHapusajarun saya dong gimana cara buatnya.
ni beneran dari hati kamu ya.
yang sabar ya malaikat penyair...
woi bro sejak kapan lo jd pengemis cinta kyak gue....
BalasHapustp bs lah ada penerus gue nantinya.........
bravo truzzz ya bro
menjalani hari,
BalasHapusmenjalani minggu,
menjalani bulan,
menjalani tahun,
tanpa bayang mu terasa hampa...
menatap idahnya malam dengan kesendirian
menyusun bulan dan bintang dalam satu bingkaian.
akankah engkau akan ada
menemani ku setiap waktu.